Jumat, 08 April 2011

Mengisolasi Hati

Aku hanya mencoba kritis
disaat krisis mengikis tipis
jarak antara logika dengan khayal puitis
tak ada airmata untuk tangis
hanya sekelumit penyesalan yang coba kutulis

Aku sosok tendensius nan ambisius
yang kadang membius
diantara dengus nafas mengelus
menggerus terus menerus menapak arus
memberangus usus agar ia tak cepat pupus

Aku sampah serapah
mendesah resah menguak gelisah
membobol gundah demi gumpalan sumpah
tembok berduri kadang membuatku basah berdarah
namun tak akan menghentikanku menuju arah

Aku sketsa abstrak terjebak di kerumunan bajak
melacak decak tumpukan yang ter acak
tak perduli terinjak
mencoba terus berpijak
agar kuat menjadi bijak

Aku kecil terkucil terselip dibagian gigil
ah. . . .
bukan kancil yang riang meloncat seperti upil
atau kutu kutil yang Kau garuk hingga terpencil
kerdil mencicil peluangku demi secuil-cuil

Aku kaum Marjinal
berpacu dengan peluh teramat binal
kencang, hingga rongga dadaku tersengal-sengal
mengejar Kau yang berlari laksana kadal
alas kakiku tak ber-tapal
terlunta aspal yang tiba-tiba bengal
kedua tanganku mengepal
memaki langit mendung yang sudah menggumpal
karena alas kumal ini tak mampu memintal tebal
melindungiku dari ajal yang nyaris mengganjal


to be contiuned!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar